Dampak Polusi, Penderita Asma di Indonesia Jumlahnya Meningkat
A
A
A
JAKARTA - Prevalensi asma di dunia semakin meningkat, termasuk di Indonesia. Di Indonesia, pravalensi asma diperkirakan mencapai 2-5% penderita. Sementara menurut Riskesdas, tahun 2013 menyebutkan prevalensi asma di Indonesia mencapai 4,5%.
Dijelaskan direktur sekaligus pemrakarsa Asthma-COPD Center, Prof. dr. Hadiarto Mangunnegoro, penderita asma paling tinggi terjadi di profinsi Gorontalo, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Barat, Kalimantan, Sulawesi Selatan dan Papua.
"Kenapa terjadi di tempat tersebut? karena adanya polusi udara di perkotaan dan diperparah dengan asap akibat kebakaran hutan dalam jangka waktu yang lama. Masak pakai kayu bakar, jumlah perokok tinggi dan pola hidup tidak sehat," papar Hadiarto dalam seminar bertajuk Asma Sukar Sembuh, di Hotel Aryaduta, Jakarta, Rabu (4/11/2015).
Parahnya, kondisi tersebut kerap mengakibatkan serangan asma dari ringan, akut hingga mengakibatkan kematian. Menurut Hadiarto, bagi ibu hamil perokok, memicu memiliki anak penderita asma.
"Ibu ini juga punya bakat asma jadi genetiknya dirturunkan pada bayinya. Karena pas hamil, ibu meroko dan asapnya masuk sehingga oksigennya kurang dan asap tersebut mengalir ke janin," ujarnya.
Di Indonesia, penderita asma lebih tinggi terjadi pada wanita dan meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Prevalensi asma pada kelompok usia lebih dari 45 tahun mulai menurun. Sementara penderita asma paling tinggi pada rentang usia 25-34 tahun, sekitar 5,7%.
Namun sayang pengobatan asma di Indonesia masih belum tepat. Pasalnya, penderita menilai asma tidak terlalu mengganggu. Bahkan, mereka malas untuk kontrol secara rutin ke dokter. Hardianto pun menegaskan, pengobatan dengan inhaler merupakan penanganan yang paling tepat.
"Fakta yang memprihatinkan banyaknya pasien lebih percaya pengobatan alternatif yang tidak terbukti efektivitasnya daripada obat asma yang sudah terbukti khasiatnuya. Selain itu, masyarakat juga percaya bahwa pengobatan dengan inhaler dapat membuat ketagihan. Pengobatan dengan inhaler merupakan penanganan yang paling tepat dan efektif bekerja langsung ke saluran napas tanpa efek samping yang berarti," tandasnya.
Dijelaskan direktur sekaligus pemrakarsa Asthma-COPD Center, Prof. dr. Hadiarto Mangunnegoro, penderita asma paling tinggi terjadi di profinsi Gorontalo, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Barat, Kalimantan, Sulawesi Selatan dan Papua.
"Kenapa terjadi di tempat tersebut? karena adanya polusi udara di perkotaan dan diperparah dengan asap akibat kebakaran hutan dalam jangka waktu yang lama. Masak pakai kayu bakar, jumlah perokok tinggi dan pola hidup tidak sehat," papar Hadiarto dalam seminar bertajuk Asma Sukar Sembuh, di Hotel Aryaduta, Jakarta, Rabu (4/11/2015).
Parahnya, kondisi tersebut kerap mengakibatkan serangan asma dari ringan, akut hingga mengakibatkan kematian. Menurut Hadiarto, bagi ibu hamil perokok, memicu memiliki anak penderita asma.
"Ibu ini juga punya bakat asma jadi genetiknya dirturunkan pada bayinya. Karena pas hamil, ibu meroko dan asapnya masuk sehingga oksigennya kurang dan asap tersebut mengalir ke janin," ujarnya.
Di Indonesia, penderita asma lebih tinggi terjadi pada wanita dan meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Prevalensi asma pada kelompok usia lebih dari 45 tahun mulai menurun. Sementara penderita asma paling tinggi pada rentang usia 25-34 tahun, sekitar 5,7%.
Namun sayang pengobatan asma di Indonesia masih belum tepat. Pasalnya, penderita menilai asma tidak terlalu mengganggu. Bahkan, mereka malas untuk kontrol secara rutin ke dokter. Hardianto pun menegaskan, pengobatan dengan inhaler merupakan penanganan yang paling tepat.
"Fakta yang memprihatinkan banyaknya pasien lebih percaya pengobatan alternatif yang tidak terbukti efektivitasnya daripada obat asma yang sudah terbukti khasiatnuya. Selain itu, masyarakat juga percaya bahwa pengobatan dengan inhaler dapat membuat ketagihan. Pengobatan dengan inhaler merupakan penanganan yang paling tepat dan efektif bekerja langsung ke saluran napas tanpa efek samping yang berarti," tandasnya.
(nfl)